Minggu, 07 Juni 2009

Hadist Akhlaq

Hadist Akhlaq

Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling bik akhlaqnya.(H.R.Ahmad)
Kebaikan itu ialah perangaiyang baik dankejahatan itu ialah sesuatu yang beredar dihatimu dan engkau tidak suka diketahui oleh manusia(HR.Muslim)
Jibril selalu berpesan kepadaku supaya baik terhadap tetangga,sehingga saya mengira kalau kalau akan diberi hak waris (HR.Bukhari Muslim)
Hai Abu Dzar jika engkau memesak kuwah,maka perbanyaklah airnya dan perhatikan tetanggamu.(HR.Muslim)
Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman,.Ditanya:siapakah ya Rasulullah?Jawab Nabi;orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya (HR.Bukhari muslim)
Sebaik baik teman disisi Allah adalah yang terbaik kepada temannya dan sebaik baik tetangga disisi Allah adalah yang terbaik kepada tetangganya (HR.Turmudzi)
Barang siapa yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya bahagialah baginya dan Allah menambah akan umurnya (HR.Bukhari)
Keridaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan dan kemarahan Allah tergantung kemarahan orang tua.(HR.Turmudzi)
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau diam saja (HR.Bukhari)
Baiknya islam seseorang antara lain meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat (HR.Turmuzi)
Barang siapa yang dapat menjaga sesuatu yang ada antara dua tulang rahangnya (yakni mulut) dan sesuatu yang ada diantara dua kakinya (yakni kemaluannya) karena (syariat yang)ku (bawa) niscaya baginya kujamin surga (HR.Bukhari
Barang siapa diam tetu selamat (HR.Turmudzi)
Tidak masuk sorga orang suka mengadu domba.(HR.Bukhari dan Muslim
Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling bersifat tawadhu sehingga salah seorang tidak akan melanggar hak salah seorang lainya dan salah seorang (dari kalian) tidak akan menyombongkan diri terhadap salah seorang lainya (HR.Muslim,Abu Daud dan lainya)
Mengutuk orang beriman adalah seperti membunuhnya (HR.Bukhari dam Muslim)
Tidak seyogyanya seorang yang benar itu menjadi seseorang yang suka mengutuk (HR.Muslim)
Orang yang makan suap dan menerima suap sama sama dalam neraka (HR.Thabrani)
Laknak Allah atas orang yang memberi suap dan yang menerima suap (HR.Ahmad)
Tidak masuk sorga orang yang memutuskan silaturahim (HR.Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya semulia mulia manusia (dengan mendapat Rahmat dan anugerah-Nya) di sisi Allah adalah orang yang memulai pada mereka dengan salam.(HR.Abu Daud)
Hai manusia ramaikanlah salam bersedekahlah memberi makan dan sholatlah pada waktu malam (di saat) manusia sedang tidur maka kalian akan masuk surga.(HR.Turmudzi)
Janganlah engkau marah marah bagi mu adalah surga (HR.thabrani)
Sungguh Allah itu lemah lembut.Dia suka kelembutan dalam semua urusan (HR.Bukhari)
Tidaklah orang yang kuat itu dengan bergulat tetapai orang kuat itu adalah orang yang bisa menguasai diri (jiwa)nya pada waktu marah.(HR.Bukhari)
Malu iti tidak datang kecuali membawa kebaikan (HR.Bukhari)
Ada Hamba yang mengucapkan satu kalimat tampa ia pikir tentang (baik buruknya)kalimat itu yang menyebapkan ia tergelincir kedalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.(HR.Bukhari)
Kamu menghilangkan (membuang)hal-hal yang menjadikan sakit orang lain dari jalan jalan adalah sedekah.(HR.Bukhari)
Janganlah engkau sesekali meremehkan kebaikan walaupun sekedar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.(HR.Muslim)
Jauhilah oleh kalian dua perkara pengundang laknat.Para sahabat bertanta:Apa dua perkara yang mengundang laknat itu?Rasul menjawab:Buang air besar di jalan dan tempat tempat berteduh.(HR.Muslim)
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya). (HR. Muslim)
Jangan menolak hadiah dan jangan memukul kaum muslimin. (HR. Ahmad)
Belalah (tolonglah) kawanmu baik dia zalim maupun dizalimi. Apabila dia zalim, cegahlah dia dari perbuatannya dan bila dia dizalimi upayakanlah agar dia dimenangkan (dibela). (HR. Bukhari)
Barangsiapa tidak memperhatikan (mempedulikan) urusan kaum muslimin maka dia bukan termasuk dari mereka. (HR. Abu Dawud)
Cukup jahat orang yang menghina saudaranya. (HR. Muslim)
Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi (memutuskan hubungan) dengan saudaranya melebihi tiga malam. Hendaklah mereka bertemu untuk berdialog mengemukakan isi hati dan yang terbaik ialah yang pertama memberi salam (menyapa). (HR. Bukhari)
Tidak akan masuk surga orang yang suka mencuri berita (suka mendengar-dengar berita rahasia orang lain). (HR. Bukhari)
Kawan pendamping yang sholeh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya. (HR. Bukhari)
Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik. (HR. Abu Dawud)
Di antara akhlak seorang mukmin adalah berbicara dengan baik, bila mendengarkan pembicaraan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria dan bila berjanji ditepati. (HR. Ad-Dailami)
Kalau kamu sudah tidak punya malu lagi, lakukanlah apa yang kamu kehendaki. (HR. Bukhari)
Seorang sahabat berkata kepada Nabi Saw, “Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku.” Nabi Saw berpesan, “Jangan suka marah (emosi).” Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi Saw tetap berulang kali berpesan, “Jangan suka marah.” (HR. Bukhari)
Hati-hatilah terhadap prasangka. Sesungguhnya prasangka adalah omongan paling dusta. (HR. Bukhari)
Dekatkan dirimu kepada-Ku (Allah) dengan mendekatkan dirimu kepada kaum lemah dan berbuatlah ihsan kepada mereka. Sesungguhnya kamu memperoleh rezeki dan pertolongan karena dukungan dan bantuan kaum lemah di kalangan kamu. (HR. Muslim)
Yang muda mendahului memberi salam kepada yang tua, yang lewat kepada yang duduk dan yang berjumlah sedikit kepada yang banyak. (HR. Bukhari)
Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah. Jika seseorang membongkar keburukan yang diketahuinya pada dirimu janganlah kamu membongkar keburukan yang kamu ketahui ada pada dirinya. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Siapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karenaAlloh, maka akan ada yang memanggilnya:Kebaikan buatmu dan perjalananmu dan engkau telah menyediakan tempatmu di syurga (HR.Bukhari)
Dari Ibnu Mas’ud r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bukannya seorang mu’min yang suka mencemarkan nama orang, atau yang suka melaknat dan bukan pula yang berbuat kekejian serta yang kotor mulutnya.” Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya cintai di antara engkau semua serta yang terdekat kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah yang terbaik budipekertinya di antara engkau semua itu dan sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya benci di antara engkau semua serta yang terjauh kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah orang yang banyak bicara, sombong bicaranya serta merasa tinggi apa yang dibicarakannya itu - karena kecongkaannya.” Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Rusak binasalah orang- orang yang suka melebih-Iebihkan - dari kadar kemampuan dirinya sendiri.” Beliaus.a.w. menyabdakan ini tiga kali. (Riwayat Muslim)
Dari Abu Syuraih iaitu Khuwailid bin ‘Amr al-Khuza’i r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya, iaitu jaizahnya.” Para sahabat bertanya: “Apakah jaizahnya tamu itu, ya Rasulullah?” Beliau s.a.w. bersabda: “Iaitu pada siang hari dan malamnya. Menjamu tamu - yang disunnahkan secara muakkad atau sungguh-sungguh - ialah selama tiga hari. Apabila lebih dari waktu sekian lamanya itu, maka hal itu adalah sebagai sedekah padanya.” (Muttafaq ‘alaih)
Hadist Ilmu IV
Umar berkata, “Belajarlah ilmu agama yang mendalam sebelum kamu dijadikan pemimpin (HR.Bukhari)
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila ada orang meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (yang mengalir), atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakan untuknya.” (HR.Muslim)
Demi Allah,jika Allah memberi petunjuk kepada satu orang melalui dirimu,hal itu jauh lebih baik bagimu dari pada kekeyaan yang sangat berharga.(HR.Bukhari dan Muslim)
Barang siapa yang mengajak orang lain untuk mengikuti petunjuk niscaya akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.(HR.Muslim)
Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka.Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia juga turut berdosa sebagaimana dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HR.Muslim)
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. Muslim)
Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?” Nabi Saw menjawab, “Majelis-majelis taklim.” (HR. Ath-Thabrani)
Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Dawud)
Barangsiapa dimintai fatwa sedang dia tidak mengerti maka dosanya adalah atas orang yang memberi fatwa. (HR. Ahmad)
Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (Mutafaq’alaih)
Maafkanlah dosa orang yang murah hati, kekeliruan seorang ulama dan tindakan seorang penguasa yang adil. Sesungguhnya Allah Ta’ala membimbing mereka apabila ada yang tergelincir. (HR. Bukhari)
Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na’im)
Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (HR. Ibnu Majah)
Malaikat zabaniah lebih cepat (menyiksa) para Ahli Hukum agama yang fasik dari mereka dari pada orang orang yang menyembah berhala. Maka mereka (para sahabat) berkata:”Di dahlukan kami sebelum orang yang menyembah berhala” Maka dikatakan kepada mereka :Tidakkah orang yang mengetahui itu seperti orang yang tidak mengetahui?”(HR.Thabrani)
Perumpamaan orang orang yang menuntut ilmu kemudian tidak menyebarkan (tidak mengamalkannya) seperti orang menimbunnya (menyimpan) simpanan kemudian tidak membelanjakannya (HR.Thabrani)
Perumpamaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia sedang ia melupakan dirinya seperti lampu yang memberikan penerangan kepada manusia sedang ia membakar dirinya.(HR.Thabrani)
Dari Abu Hurairah”Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, pasti Allah memudahkan baginya jalan ke surga. Apabila berkumpul suatu kaum di salah satu masjid untuk membaca Al Qur’an secara bergantian dan mempelajarinya, niscaya mereka akan diliputi sakinah (ketenangan), diliputi rahmat, dan dinaungi malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan makhluk-makhluk lain di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalannya, maka tidak akan dipercepat kenaikan derajatnya”. (HR.Muslim)
Wahai Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada shalat seribu raka’at. (HR. Ibnu Majah)
Barang siapa Allah menghendaki baik kepadanya, maka ia akan memberikan kepahaman kepadanya di dalam agama.(HR.Bukhari dan Muslim)
Jadilah kamu orang yang mengajar atau belajar atau pendengar atau pecinta (simpatisan) dan jangan menjadi macam orang yang kelima maka kamu akan hancur.(HR.Baihagy)
Siapa yang keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia (berjalan) di jalan Allah sehingga kembali.(HR.Tirmizy)
Bagi tiap sesuatu ada jalannya dan jalan ke surga adalah ilmu (HR,Dailamy)
Dunia itu dilaknati dan dilaknati apa-apa yanga ada di dalamnya kecuali dzikir (ingat) kepada Allah dan apa-apa yang mengikutinya,orang alim dan orang yang belajar.(HR.Tirmidzi)
Sedekah yang paling utama adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian ia mengajarkan ilmu itu kepada saudara muslimnya.(HR.Ibnu Majah)
Barang siapa yang menuntut ilmu dari jenis ilmu yang dikehendakinya mencari ridho Allah dan dia tidak mempelajarinya kecuali agar mendapat harta benda dunia maka tidak bakal dia mendapatkan kebaikan surga pada hari kiamat yaitu baunya/keelokannya.(HR.Abu Daud)
Barang siapa menuntut ilmu agar ia dapat bermegah-megahan (sombong) dengan ilmu itu terhadap ulama dan dapat berbantah bantahan dengan ilmu itu terhadap orang orang bodoh dan dapat memalingkan dengan wajah wajah manusia maka Allah memasukkannya ke neraka jahannam.(HR,Ibnu Majah)
100 HADIST DAI’F DAN PALSU
Disediakan oleh: Syaikh Ihsan bin Muhammad bin Ayis al-Utaibi (anak murid Syaikh Nasr al-Din al- Albani)
Ini adalah 100 buah hadis Dha’if dan Maudhu’ yg tersebar luas di kalangan khatib/penceramah/pendakwah. Hadis sahih sudah memadai tanpa perlu mengambil hadis Dha’if.
nota:
a. Hadis2 berikut hanya akan disertakan dengan statusnya sahaja (palsu atau lemah) komentar panjang lebar tentang punca kelemahan hadis2 berikut tidak disertakan, sekiranya berminat semak kitab2 yang dinyatakan sebagai rujukan.
b. Kita berterima kasih kepada ustaz Zain y.s dan sahabat2 dari al-Ahkam.net kerana menterjemahkan hadis2 ini.
c. apabila disebut nama kitab Silsilah al-Dhaifah ianya adalah kitab Silsilah al-Ahadis al-Dhaifah wa al-Maudhuat
d. Dhaif = lemah
Maudhu’ = palsu

1. Barangsiapa yang dengan solatnya tidak dapat mencegah fahsya’ dan munkar, tidak akan bertambah daripada Allah melainkan semakin jauh dariNya.
Komentar Albani: Bathil & tidak sah dari sudut sanad dan matan. rujuk Mizan al-I‘tidal
3/293. Silsilah al-Dhaifah 2/985. Takhrij al-Ihya’ 1/143
2. Bercakap di dalam masjid dapat menghapuskan kebaikan-kebaikan sebagaimana binatang ternak memakan rumput.
Komentar Albani: Tiada asalnya. rujuk Tabaqat Syafi’iyah 4/145. Takhrij al-Ihya’ 1/136
3. Berkerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati keesokan harinya.
Komentar Albani: Tidak sah dari Nabi s.a.w. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 8
4. Aku adalah datuk kepada setiap orang yang bertaqwa.
Komentar Albani: Tiada asalnya. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 9
5. Sesungguhnya aku dibangkitkan sebagai guru.
Komentar Albani: Dhaif. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 11. Takhrij al-Ihya’ 1/143
6. Allah telah mewahyukan kepada dunia: Berkhidmatlah kepada sesiapa yang berkhidmat kepadaKu dan sengsaralah kepada sesiapa yang berkhidmat kepadamu.
Komentar Albani: Maudhu’. rujuk al-Fawaid al-Majmu’at no. 712. Silsilah al-Dhaifah - no.
12
7. Berhati2lah kamu terhadap Khadra’ ad-Dimn/kehijauan kotoran binatang ternak.
Baginda ditanya, “apakah khadra’ ad-dimn itu? Sabdanya: Perempuan cantik yang tumbuh disuasana buruk (rupawan tetapi hatinya jahat).
Komentar Albani: Terlalu dhaif. rujuk Takhrij al-Ihya’ 42/2. Silsilah al-Dhaifah - no. 14
8. Dua golongan dari kalangan umatku, apabila baik mereka maka baiklah manusia. Iaitu umara’ dan fuqaha’. Di dalam satu lafaz lain, umara’ dan ulama’.
Komentar Albani: Maudhu’. rujuk Takhrij al-Ihya’ 1/6. Silsilah al-Dhaifah - no. 16
9. Bertawassullah dengan kemegahan dan kemuliaanku kerana sesungguhnya jah-ku di sisi
Allah adalah agung.
Komentar al-Albani: Tiada asalnya. rujuk Iqtidha ‘ al-Sirat al-Mustaqim 2/415. Silsilah al- Dhaifah - no. 22
10. Barangsiapa yang keluar rumah pergi solat dan mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu dengan hak orang yang memohon kepadaMu dan aku memohon dengan hak perjalanan ini………… Allah akan mengadap wajahnya dan seribu malaikan akan memohon keampunan untuknya.
Komentar al-Albani: Dhaif. al-Busairi mengatakan: Sanadnya musalsal tetapi lemah. Silsilah al-Dhaifah - no. 24
11. Kebaikan ada padaku dan pada umatku hingga hari kiamat.
Komentar Ibn Hajar: Aku tidak mengenalinya. lihat al-Maqasid al-Hasanah ms.208. Tazkirat al-Maudhuat-no 68.al-Asrar al-Marfu`ah fi al-Khabar al-Maudhuah ms. 195
12. Sesiapa yang tidur selepas Asar lalu hilang akalnya, maka janganlah dia mencela melainkan dirinya sendiri.
Komentar Albani: Dhaif. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no.39.Dhaif al Jami’ al Shaghir – hadis no. 5861. Majma’ al Zawaaid - no.8254. al-Maudhuat 3/69.La’ali al-Masnu’ah 2/279. Tartib al-Maudhu’at no. 839
13. Barangsiapa yang berhadas dan tidak berwudhu‘ maka sesungguhnya dia telah memalingkan diri dariku.
Komentar Albani: Maudhu’. rujuk al-Shaghani di dalam al-Maudhuat - no. 53. Silsilah al- Dhaifah - no. 44
14. Barangsiapa yang berhaji ke Baitillah dan tidak menziarahiku, maka sesungguhnya dia telah memalingkan diri dariku.
Komentar al-Zahabi, al-Shaghani & al-Syaukani: Maudhu’. rujuk Tartib al-Maudhu’at - no.600, al-Maudhuat - no.52. al-Fawaid al-Majmuah - no. 326
15. Barangsiapa yang berhaji lalu menziarahiku selepas kewafatanku, dia seolah2 menziarahiku semasa aku hidup.
Komentar Ibn Taimiyyah: Dhaif. rujuk al-Qaidah al-Jalilah 4/5250
Komentar Albani: Maudhu’. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 47
16. Ikhtilaf (perbezaan pendapat) di kalangan umatku adalah rahmat.
Komentar Albani: Tiada asalnya. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 11. al-Asrar al-Marfu`ah - no.506
17. Para sahabatku adalah seperti bintang-bintang di langit. Mana2 yang kamu ikuti pasti akan mendapat petunjuk.
Komentar Albani: Maudhu’. Silsilah al-Dhaifah - no. 66
18. Barangsiapa yang mengenali dirinya maka sesungguhnya dia telah mengenali tuhannya.
Dinilai Maudhu’ di dalam al-Asrar al-Marfu’ah - no.506 & Tazkirah al-Maudhu’at - no. 11.
19. Tuhanku telah mendidikku dan membaikkan adabku.
Komentar Ibn Taimiyah: Tiada isnad yang thabit. rujuk Ahaddis al-Qashas - no.78. al- Fawaid al-Majmu’ah - no.1020.Tazkirah al-Maudhu’at - no. 87
20. Semua manusia ibarat mayat kecuali orang-orang alim. Dan orang-orang alim semuanya binasa kecuali orang-orang yang beramal. Dan orang-orang beramal semuanya tenggelam kecuali orang-orang yang ikhlas. Dan orang-orang yang ikhlas semuanya dalam bahaya yang besar.
Komentar Al-Saghani: Maudhu’. rujuk al-Maudhuat al-Saghani - no.200.al-Fawaid al- Majmu’ah - no.771. Tazkirah al-Maudhu‘at - no. 200
21. Bekas mulut orang beriman adalah ubat.
Status: Tiada asalnya. rujuk al-Asrar al-Marfu`ah - no.217. Silsilah al-Dhaifah - no. 66.
22. Apabila kamu melihat bendera-bendera hitam yang keluar dari arah Khurasan, maka kamu datangilah walaupun dalam keadaan merangkak. Kerana sesungguhnya di situ ada khalifah Allah, al-Mahdi.
Status: Dhaif. rujuk al-Maudhuat Ibn al-Jauzi 39/2. Tazkirah al-Maudhu’at - no. 233
23. Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah.
Status: Tiada asalnya. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 95
24. Adapun aku tidak lalai, tetapi dilalaikan agar aku membimbing.
Status: Tiada asalnya. Silsilah al-Dhaifah - no. 101
25. Manusia itu tidur, apabila mereka mati barulah mereka terjaga.
Status: Tiada asalnya. al-Asrar al-Marfu`ah - no.555. al-Fawaid al-Majmu’ah - no.766. Tazkirah al-Maudhu’at - no. 200
26. Barangsiapa yang berkata suatu perkataan, kemudian dia bersin, maka perkataannya itu adalah benar.
Status: Maudhu’. rujuk al-La’ali al-Masnu`ah 2/286. al-Fawaid al-Majmu’ah - no.669
27. Berkahwinlah dan jangan bercerai, maka sesungguhnya talak itu menggoncangkan Arasy.
Status: Maudhu’. Tartib al-Maudhuat - no.694. al-Maudhuat al-Saghani - no.97
28. Sembahyang perlu diulang apabila ada darah sekadar satu dirham.
Status: Maudhu’. al-Asrar al-Marfu`ah - no.138. al-Maudhuat Ibn al-Jauzi 76/2
29. Orang yang pemurah itu hampir dengan Allah, hampir dengan syurga dan jauh dari neraka. Orang bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari syurga, jauh dari manusia dan hampir dengan neraka. Orang jahil yang pemurah itu lebih dicintai Allah daripada seorang ahli ibadah yang bakhil.
Status: terlalu dha’if. rujuk Tartib al-Maudhuat - no. 564. al-La’ali al-Masnu`ah 2/91.
30. Aku berbangsa Arab, al-Quran berbahasa Arab dan lisan para ahli syurga adalah bahasa
Arab.
Rujuk Tazkirat al-Maudhu’at - no.112. Maqasad al-Hasanah - no.31.
31. Setiap sesuatu itu ada hatinya. Sesungguhnya hati al-Quran adalah Yasiin. Barangsiapa yang membacanya, maka seolah-olah dia membaca al-Quran sebanyak 10 kali.
Status: Maudhu’. rujuk al-Ilal Ibn Abi Hatim 2/55. Silsilah al-Dhaifah - no. 169
32. Berfikir sesaat lebih baik daripada beribadah selama 60 tahun.
Status: Dha’if. rujuk al-Fawaid al-Majmu‘ah - no. 723. Tartib al-Maudhu’at - no.964
33. Tiada sembahyang (tidak sah) bagi orang yang berjiran dengan masjid melainkan di masjid.
Status: Dhaif. rujuk Dhaif al-Daruqutni - no. 362. al-La’ali al-Masnu`ah 16/2.
34. Hajar al-Aswad adalah tangan kanan Allah di mukabumi ini yang berjabat dengan hamba- hambaNya.
Status: Maudhu’. rujuk Tarikh Baghdad 6/328. Silsilah al-Dhaifah - no. 223
35. Berpuasalah, nescaya kamu akan sihat.
Status: Dhaif. rujuk Takhrij al-Ihya’ 3/87. Tazkirah al-Maudhuat - no.70. al-Maudhuat al- Saghani - no.72
36. Jibril a.s. telah berpesan agar aku berbaik dengan jiran hingga 40 buah rumah.Sepuluh dari sini ke sana. Sepuluh dari sini ke sana. Sepuluh dari sini ke sana. Sepuluh dari sini ke sana.
Status: Dhaif. rujuk Takhrij al-Ihya’ 2/232. al-Maqasid al-Hasanah - no. 170
37. Kalau tidak kerana engkau (Muhamad), nescaya tidak aku jadikan dunia.
Status: Maudhu’. al-Lu’lu’ al-Marsu’ - no.454. Tartib Maudhuat - no.196. Silsilah al-Dhaifah
- no. 282
38. Barangsiapa yang membaca surah al-Waqi’ah setiap malam, nescaya tidak akan ditimpa kefakiran selama-lamanya.
Status: Dhaif. ujuk al-Fawaid al-Majmu’ah - no. 972
39. Barangsiapa yang penumpuannya bukan kepada Allah, maka tiada lagi peliharaan dari Allah. Dan barangsiapa yang tidak memerhatikan urusan umat Islam, maka dia bukan dari kalangan mereka.
Status: Dhaif. al-Fawaid al-Majmu’ah - no. 233. Tazkirah al-Maudhuat - no.69.
40. Sebagaimana keadaan kamu sekelian, maka seperti keadan itulah yang diberikan kepada orang yang memimpian kalian.
Status: Dhaif. rujuk al-Fawaid al-Majmu‘ah - no. 624. Tazkirah al-Maudhuat - no.182.
41. Sebagaimana keadaan kamu sekelian, maka seperti keadan itulah yang diberikan kepada orang yang memimpian kalian.
Status: Dhaif. rujuk al-Fawaid al-Majmu‘ah - no. 624. Tazkirah al-Maudhuat - no.182.
(nota: Dalam teks asal hadis ini disalin sebanyak dua kali dengan rujukan yang sama. Mengapakah Syaikh Ihsan melakukan begitu? Allah lebih tahu.)
42. Barangsiapa yang dikurniakan anak, lalu diazankan ditelinga kanannya, dan diiqamah di telinga kirinya, maka anak ini tidak akan diganggu oleh syaitan/jin.
Status: Maudhu’. rujuk al-Mizan al-I’tidal 4/397. Majmu’ al-Zawaid dan Takhrij al-Ihya’
2/61
43. Barangsiapa yang berpegang dengan sunnah-ku ketika umatku dalam kerosakan, maka baginya seratus pahala mati syahid.
Status: Terlalu dhaif. Silsilah al-Dhaifah - no. 326
44. Orang yang berpegang dengan sunnah-ku ketika umatku dalam kerosakan, maka dia mendapat pahala mati syahid.
Status: Dhaif. Silsilah al-Dhaifah - no. 327
(nota: Hadis 43 dan 44 mempunyai maksud hampir sama tetapi lafaz matan berbeza.)
45. Aku adalah anak dua calun yang disembelih (Abdullah bin Abdul Muttalib dan Ismail bin
Ibrahim a.s.)
Status: Tiada asalnya. rujuk Risalah Lathifah - no.23. al-Lu’lu’ al-Marsu` - no.81. al- Nukhbah al-Bahiyah - no.43.

46. Melihat al-Quran itu ibadah, anak melihat ibubapanya adalah ibadah dan melihat kepada Ali bin Abi Thalib adalah ibadah.
Status: Maudhu’. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 356
47. Barangsiapa yang bersembahyang dimasjid-ku selama 40 fardu tanpa tertinggal satu sembahyangpun, nescaya ditulis baginya kelepasan dari neraka dan azab serta bebas dari sifat munafiq.
Status: Dhaif. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 364
48. Sanak saudara itu lebih utama dilayan dengan baik.
Status: Tiada asalnya. rujuk al-Asrar al-Marfu’ah - no.51. al-Lu’lu’ al-Marsu` - no.55. al- Maqasid al-Hasanah - no. 141
49. Orang terakhir yang akan masuk syurga ialah seorang lelaki dari Juhainah. Dia bernama
Juhainah. Ahli syurga bertanya: Apakah masih ada orang yang sedang diazab? Dia
menjawab: Tiada. Ahli syurga berkata: Berita yang diyakini kebenarannya ialah yang dibawa oleh Juhainah.
Status: Maudhu’. rujuk al-Fawaid al-Majmu’ah - no. 1429
50. Sebaik-baik nama ialah yang menghambakan diri dan memujiNya.
Status: Maudhu’. rujuk al-Asrar al-Marfu’ah - no.192. al-Lu’lu’ al-Marsu` - no.189. al- Nukhbah - no.117
51. Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri China.
Status: Maudhu’. rujuk al-Maudhu’at Ibn Jauzi 1/215. Tartib al-Maudhu’at adz-Zahabi - no.111. al-Fawaid al-Majmu’ah - no. 852.
52. Berbincanglah dengan mereka (perempuan), dan sanggahlah mereka.
Status: Tiada Asalnya. rujuk al-Lu’lu’ al-Marsu` - no.264. Tazkirat al-Maudhuat - no.128. al-Asrar al-Marfu’ah - no.240.
53. Pada hari kiamat, manusia akan dipanggil dengan nama ibu mereka sebagai tabir dari
Allah ke atas mereka (menutup rahsia anak zina).
Status: Maudhu’. rujuk La‘ali al-Masnu’ah 2/449. al-maudhuat Ibn Jauzi 3/248. Tartib al- Maudhu’at adz-Zahabi - no.1123.
54. Sultan adalah bayangan Allah di mukabumiNya. Barangsiapa yang setia kepadanya akan diberi petunjuk. Dan, barangsiapa yang mengkhianatinya nescaya akan sesat.
Status: Maudhu’. Tazkirat al-Maudhuat - no.182. al-Fawaid al-Majmu’ah - no. 623. Silsilah al-Dhaifah - no. 475.
55. Barangsiapa yang takut azab Allah, maka Allah akan menjadikan segala sesuatu takut kepadanya. Dan, barangsiapa yang tidak takut kepada Allah, maka Allah akan menjadikan takut terhadap segala sesuatu.
Status: Dhaif. rujuk Takhrij al-Ihya’ 2/145. Tazkirat al-Maudhuat - no.20. Silsilah al- Dhaifah - no. 485.
56. Allah Taala berfirman: Barangsiapa yang tidak redha dengan qadha’-Ku dan tidak bersabar atas bala’ Ku, maka hendaklah dia mencari Tuhan selainKu.
Status: Dhaif. Tazkirat al-Maudhuat - no.189. al-Fawaid al-Majmu’ah - no. 746.
57. Tidak dinamakan mengumpat apabila membicarakan perihal orang yg fasiq.
Status: Maudhu’. al-Asrar al-Marfu’ah - no.390. Al-Manar Al-Munif fi As-Sahih wa Ad- Da`if Ibn Qayyim - no. 301.
58. Apabila mati salah seorang drp kamu dan setelah selesai kamu mengebumikannya, maka hendaklah salah-seorang yang hadir itu berdiri di sisi kepalanya seraya berkata: Wahai Si Fulan ! Wahai Si Fulanah. Kerana dia (si mati) itu akan mendengarnya. Hendaklah yang bangun itu berkata lagi: Wahai Si Fulan Anak kepada Si Fulanah. Maka si mati itu akan bangun di dalam keadaan duduk. Sebutkanlah apa yang telah menyebabkan dia keluar daripada dunia iaitu syahadah LA ILAHA ILLAH WAHDAHU LA SYARIKALAH
…sehingga akhir.
Status: Dhaif. Takhrij al-Ihya’ 4/420. Zad al-Ma’ad Ibn Qayyim 1/206. Silsilah al-Dhaifah - no. 599.
59. Tidaklah sia-sia orang yang melakukan solat istikharah , tidaklah menyesal bagi orang yang meminta pandangan orang lain dan tidaklah berlaku aniaya orang yang bersederhana.
Status: Maudhu’. Silsilah al-Dhaifah - no. 611.
60. Baginda Rasulullah s.a.w apabila digunting rambutnya, ataupun mengerat kukunya ataupun jika Baginda s.a.w dibekam, maka Baginda s.a.w akan membawa lebihan tersebut – dari rambut, kuku dan darah yang dibekam – ke tanah perkuburan Baqie’ untuk ditanam.
Status: Maudhu’. rujuk al-’Ilal 2/337. Silsilah al-Dhaifah - no. 713.

61. Seorang mukmin yang cerdik itu sentiasa berhati-hati.
Status: Maudhu’. Kasyful Al-Khafa` wa Muziilu al-Ilbas (karya Imam Al-‘Ajluni) 2/2684. Silsilah al-Dhaifah - no. 760.
62. Wahai manusia sesungguhnya kamu berada di dalam bulan yang agung, bulan di mana di dalamnya lebih baik dari seribu bulan, menjadikan puasa di dalamnya sebagai fardu dan qiyamul lail sebagai ibadah.
Status: Dhaif. rujuk al-Ilal 1/249. Silsilah al-Dhaifah - no. 871.
63. “Wahai Jibril, ceritakan kepadaku tentang sifat neraka dan sifat jahannam?” Maka Jibril menjawab: “Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Taala telah memerintahkan jahannam supaya menyalakan apinya selama seribu tahun sehingga menjadi putih. Kemudian memerintahkannya lagi supaya menyalakan apinya selama seribu tahun sehingga menjadi merah. Kemudian diperintahkannya lagi supaya menyalakannya selama seribu tahun sehingga menjadi hitam yang gelap..”
Status: Maudhu’. rujuk al-Haitsami 10/387. Silsilah al-Dhaifah - no. 910.
64. Janganlah kamu banyak bercakap selain dari zikir kepada Allah. Maka sesungguhnya banyak bercakap selain dari zikir kepada Allah itu mengeraskan hati dan sesungguhnya sejauh-jauh manusia kepada Allah ialah yang keras hatinya.
Status: Dhaif. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 920.
65. Apabila sampai salah seorang dari kamu ingin masuk ke saf dan saf itu telah penuh, maka hendaklah ia menarik seorang untuk bersama dengannya di tepinya.
Status: Dhaif. rujuk al-Talkhis al-Habir Ibn Hajar 2/37. Silsilah al-Dhaifah - no. 921.
66. Wali abdal untuk umat ini ada 30 orang seperti Ibrahim Khalilur Rahman. Ketika seorang mati, maka Allah akan menggantikan tempatnya dengan seorang lelaki lain.
Status: Maudhu’. rujuk al-Asrar al-Marfu’ah - no.470. Al-Manar Al-Munif fi As-Sahih wa
Ad-Da`if - no.308.
67. Tidak lebih Abu Bakar dari kamu dengan banyaknya berpuasa dan solat. Tetapi dengan sesuatu yang hebat di dalam hatinya.
Status: Tiada Asalnya. rujuk al-Asrar al-Marfu’ah - no.452. Al-Manar Al-Munif fi As-Sahih wa Ad-Da`if - no.246.
68. Tahiyat Ka’bah adalah tawaf.
Status: Tiada Asalnya. rujuk al-Asrar al-Marfu’ah - no.130. al-Lu’lu’ al-Marsu’ - no. 143.
69. Sesungguhnya seorang hamba apabila mendirikan solat maka sesungguhnya dia berada di dalam pemerhatian Allah. Apabila dia selesai sembahyang dan berpaling, Tuhan berfirman kepadanya: Wahai anak Adam, kepada siapa engkau mahu berpaling? Kepada yang mereka yang lebih baik untuk engkau daripadaKu? Anak Adam, hadapkanlah solat engkau kepadaKu, maka Aku bagi engkau adalah sebaikbaik yang patut dipalingkan kepadanya.
Status: Dhaif Jiddan (Sangat Lemah). rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1024.
70. Telah terlintas di dalam hati Musa: “Adakah Allah itu tertidur?” Maka Allah mengutus malaikat kepadanya dan tidak menidurkannya selama tiga hari serta memberikannya dua buah botol. Botol itu dipegang pada kedua-dua tangannya. Dia diperintahkan supaya menjaga botol berkenaan. Kemudian dia tertidur. Kedua-dua tangannya hampir berlaga. Diapun terjaga serta menjauhkan semula jarak kedua tangan yang memegang botol. Lalu dia kembali mengantuk dan tertidur sehingga berlagalah kedua-dua tangannya. Dan terpecahlah dua botol itu. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah telah memberi perumpaan kepada Musa, kalaulah Allah itu tertidur sudah pasti langit dan bumi tidak terkendali.
Status: Dhaif. rujuk al-Ilal al-Mutanahiyah Ibn Jauzi. Dinilai Munkar di dalamn Silsilah al- Dhaifah - no. 1034.
71. Pandangan/melihat itu merupakan satu panahan dari panahan-panahan Iblis. Barangsiapa yang meninggalkannya kerana takutkan Allah, nescaya Allah akan memberikannya keimanan yang dirasakannya amat manis di dalam hatinya.
Status: Dhaif Jiddan (Sangat Lemah). rujuk al-Targhib wa al-Tarhib al-Munziri 4/106. Majmu’ al-Zawaid 8/63. Talkhis al-Mustadrak adz-Dzahabi 4/314.
72. Wudhu’ hendaklah diulangi apabila darah mengalir keluar dari hidung.
Status: Maudhu’. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1071.
73. Iman bukanlah dengan angan-angan dan juga bukan dengan hias-hiasan tetapi apa yang tetap di dalam hati serta membenarkannya dengan perbuatan.
Status: Maudhu’. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1098.
74. Daabbah (binatang melata) akan keluar dengan tongkat Musa a.s. dan cincin Sulaiman a.s. Ia berkata ini: “Wahai mukmin.” Dan berkata ini: “Wahai kafir.”
Status: Munkar. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1108.
75. Nabi s.a.w. keluar bersama Abu Bakar ke gua. Mereka berdua masuk. Kemudian datang labah-labah membuat sarang di pintu gua.
Status: Dhaif. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1129.
76. Nabi s.a.w. telah terbau kentut seseorang lalu bersabda: “Bangunlah siapa yang kentut, dan berwudhu’lah.” Lelaki (yang kentut) itu malu untuk berdiri. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bangunlah siapa yang kentut dan berwudu’lah. Sesungguhnya Allah tidak malu daripada kebenaran.” Lalu Ibnu Abbas berkata: “Wahai Rasulullah s.a.w., apakah tidak boleh kami semua bangun dan berwudhu’ semuanya?” Baginda s.a.w. menjawab:
“Bangunlah kamu sekelian dan berwudhu’lah.”
Status: Bathil. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1132.
77. Apabila umatku melakukan limabelas perkara ini, bala’ bencana akan menimpanya: Apabila ghanimah/rampasan perang berputar-putar di sekitar orang kaya dan berkedudukan, apabila amanah menjadi harta rampasan dan apababila zakat sebagai satu denda (dikeluarkan secara paksaan).
Status: Dhaif. rujuk al-Ilal al-Mutanahiyah 2/1421.
78. Mencintai dunia adalah kepala/pokok segala dosa kesalahan.
Status: Maudhu’. al-Asrar al-Marfu’ah 1/163. Tazkirat al-Maudhu’at - no.173.
79. Mencari yang halal itu adalah jihad. Dan sesungguhnya Allah mencintai seorang mukmin yang mempunyai pekerjaan.
Status: Dhaif. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1301.
80. Setiap sesuatu itu mempunyai mempelai/pengantin. Mempelai al-Quran adalah surah al- Rahman.
Status: Munkar. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1350.
81. Penghulu kepada suatu kaum itu adalah khadam kepada mereka.
Status: Dhaif. al-Maqasid al-Hasanah - no. 579. Silsilah al-Dhaifah - no. 1502.
82. Hendaklah kamu berubat dengan dua penyembuh: Madu dan al-Quran.
Status: Dhaif. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1514.
83. Umaiyah bin Abi Shalt, syairnya beriman tetapi hatinya kafir.
Status: Dhaif. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1546.
84. Kebaikan itu tidak akan punah (tidak putus pahalanya). Dosa itu tidak akan dilupakan. Tuhan itu tidak akan tidur. Jadilah sebagaimana yang kamu mahukan sebagaimana yang kamu lakukan maka itulah yang kamu perolehi.
Status: Dhaif. rujuk al-Lu’lu’ al-Marsu’ - no. 414.
85. Kesakitan menghadapi malaikat maut itu lebih dahsyat dari seribu pukulan pedang. Status: Dhaif Jiddan (Sangat Lemah). rujuk Tartib al-Maudhuat - no. 1071. al-Maudhuat Ibn Jauzi 3/220.
86. Bersegeralah beramal sebelum berlaku tujuh perkara: Adakah kamu menunggu sehingga jatuh sakit yang membinasakan, tua nyanyuk, atau kekayaan yang menjahanamkan, atau kefaqiran yang melarat, atau kematian mengejut, atau datang dajjal iaitu sejahat-jahat perkara ghaib yang ditunggu, atau datangnya kiamat, iaitu perkara yang paling dahsyat sekali.
Status: Dhaif. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1666.
87. Memberi fatwa dapat menyebabkan diri terjerumus ke dalam neraka.
Status: Dhaif. rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 1814.
88. Takutilah firasat orang-orang beriman. Maka sesungguhnya dia memandang dengan nur
Allah.
Status: Dhaif. rujuk al-Maudhuat al-Saghani - no. 74.
89. Dunia adalah rumah bagi yang tiada rumah, harta bagi yang tiada berharta. Yang menghimpun dunia ini ialah orang-orang yang tidak berakal.
Status: Dhaif Jiddan (Sangat Lemah). rujuk Tazkirat al-Maudhuat - no. 174.
90. Jangan akhiri makan kamu dengan meminum air.
Status: Tiada Asalnya: rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 2096.
91. Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana berkaratnya besi. Dan penghilangnya adalah istighfar.
Status: Maudhu’. rujuk rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 2242.
92. Kami kembali dari jihad yang kecil kepada jihad yang lebih besar.
Status: Tiada Asalnya. rujuk al-Asrar al-Marfu’ah - no. 221. Tazkirat al-Maudhuat - no.
191.
93. Barangsiapa yang berbuka satu hari dibulan Ramadhan bukan sebab rukhsah dibenarkan oleh
Allah, maka ia tidak dapat di-qadha’kan sekalipun dia berpuasa seumur hidup.
Status: Dhaif. rujuk al-Targhib wa al-Tarhib 2/74
94. Sesungguhnya Abdul Rahman bin Auf masuk syurga dalam keadaan merangkak.
Status: Maudhu’. rujuk Al-Manar Al-Munif fi As-Sahih wa Ad-Da`if - no. 306. al-Fawaid al- Majmu’ah - no. 1184.
95. Perkara halal yang paling dimurkai Allah ialah talaq.
Status: Dhaif. rujuk al-Ilal al-Mutanahiyah 2/1056.
96. Apabila Nabi s.a.w. sampai di Madinah, maka wanita, kanak-kanak dan hamba mengucapkan: “Thala’al badru ‘alaina…wajaba al-syukru ‘alaina…ayyuhal mab’utsufina...min tsaniyyaati al-wada’…mada’a Lillahi da’…ji’ta bilamril mutho’ “
Status: Dhaif. Tazkirat al-Maudhuat - no. 196.
97. Jauhilah hasad. Maka sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api membakar kayu.
Status: Dhaif. Mukhtasar Sunan Abi Daud al-Munziri 7/226.
98. Allah S. W. T telah berfirman: Aku adalah Allah, Tiada Tuhan selain Aku. Akulah Raja Segala Raja. Aku memegang hati-hati raja di dalam tangan-Ku. Sesungguhnya apabila hambaKu mentaati-Ku, Aku akan menukar hati raja-raja menjadi kasihan belas serta sayang ke atas mereka. Bila orang ramai (rakyat) mengingkari-Ku, Aku akan mengarahkan hati raja-raja ke arah kemarahan dan dendam ke atas mereka. Dengan demikian raja-raja akan meletakkan mereka dalam kesusahan dan penderitaan. Maka daripada kamu mengutuk mereka (pemimpin yang zalim), adalah lebih baik kembali mengingati-Ku dan merayu kepada-Ku supaya Aku dapat melindungimu daripada kekejaman mereka.
Status: Dhaif Jiddan (Sangat Lemah). rujuk Silsilah al-Dhaifah - no. 602.
99. Azan dan iqamah di telinga bayi yang baru lahir.
Status: Dhaif Jiddan (Sangat Lemah). rujuk Bayan al-Wahm al-Qathan 4/594. al-Majruhin
Ibn Hibban 2/128. Silsilah al-Dhaifah 1/494.
100.Hikmah adalah sesuatu yang hilang dari setiap orang yang bijaksana. Maka apabila dia menemuinya, dia lebih berhak memilikinya.
Status: Dhaif. rujuk al-Ilal al-Mutanahiyah Ibn Jauzi 1/96.

Alhamdulillah tamat himpunan 100 hadis palsu dan dhaif yang dikumpul Syaikh Ihsan al-Utaibi. Hadis-hadis palsu dan lemah bukanlah setakat 100 ini sahaja, masih terdapat banyak lagi yang berlegar-legar digunakan/disampaikan diluar sana. Maka seharusnya kita lebih bijak dan berhati-hati setiap kali berinteraksi dengan hadis-hadis Nabi. Mempelajari serba sedikit ilmu hadis tidaklah merugikan malah insyaAllah memberikan manfaat yang tidak ternilai selain ‘mendekatkan’ kita dengan Rasulullah s.a.w.
Sebahagian mungkin tertanya apakah terdapat syarat dalam menyampaikan/mengamalkan hadis dhaif? Sekalipun lebih selamat beramal dengan hadis yang diyakini thabit daripada Rasulullah s.a.w, di bawah ini saya sertakan juga syarat-syarat yang ditetapkan al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani sekiranya hendak menggunakan/beramal dengan hadis dhaif sebagai tambahan ilmu. Yang baik daripada Allah s.w.t dan sebarang kekurangan adalah natijah kelemahan saya sebagai makhluk yang tidak sempurna. Jika terlihat sebarang kesilapan sila beritahu agar boleh diperbetulkan.

Syarat-Syarat al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani.
Diriwayatkan al-Hafiz al-Sakhawi daripada Ibn Hajar. Ibn Hajar menjelaskan syarat pertama diperoleh daripada al-Ala’i. Syarat kedua dan ketiga diperoleh daripada Ibn Abdussalam dan temannya Ibn Daqiq al-Id.[lihat al-Qaul al-Badi’ fi Fadhli Shalat ‘ala al-Habib al-Syafi’, ms. 472]
Suka untuk saya mengajak meneliti syarat2 tersebut.
1. Yang disepakati, bahawa hadis tersebut tidak terlalu lemah. Terbebas daripada seorang perawi yang dusta atau dituduh sebagai pendusta dan terhindar dari kesalahan yang parah.
Kalau dilihat daripada syarat pertama ini, sesiapa yang hendak menggunakan hadis dhaif perlu tahu keadaan hadis yang ingin dilaksanakan, adakah dhaifnya jiddan ataupun tidak. Perlu jelas sumber asalnya dan mengetahui kecacatannya kerana tanpa menyemak darjatnya, kita tidak akan tahu sama ada kelemahan hadis tersebut adalah ringan atau berat. Seorang yang tidak menguasai walaupun ilmu yang asas seperti Mustholahul Hadis, bagaimanakah mampu memeriksa sanad dan penyakit sesuatu hadis dhaif itu? Dengan memberikan kebenaran mutlak untuk beramal dengan hadis dhaif kepada orang awam sebenarnya membahayakan mereka kerana tidak mustahil syarat pertama akan dilanggar.
2. Hadis dhaif tersebut berada dibawah prinsip dasar yang bersifat umum.
Dalam erti kata lain, kita tetap akan melaksanakan sesuatu perbuatan, akhlak, atau apa sahaja bukan kerana wujudnya hadis dhaif tersebut tetapi secara umumnya memang itu semua telah dianjurkan. Boleh juga disimpulkan hadis dhaif tidak lain sekadar menerangkan keutamaan satu amalan yang telah ditetapkan oleh al-Quran dan/atau hadis yang sahih. Dua hadis sebagai contoh situasi:
a. Tidak boleh: Hadis dhaif menetapkan solat malam bulan Rejab pada sekian2 hari tidak boleh dijadikan hujah beramal kerana penetapan solat malam bulan Rejab kerana ianya secara umum sememangnya tidak dianjurkan, tiada dalil dari hadis sahih mahupun Quran menetapkan sedemikian.
b. Boleh: Hadis dhaif menerangkan bahawa apa sahaja ilmu bermanfaat yang ditemui seorang mukmin itu adalah sememangnya haq mukmin tersebut. Secara umumnya kita mengetahui daripada riwayat2 sahih bahawa Rasulullah s.a.w banyak memanfaatkan ilmu2 orang2 bukan Islam untuk manfaat kaum Muslimin. Sekalipun hadis dhaif tersebut tiada tetapi kita masih mengambil pengajaran daripada tindakan2 Rasulullah s.a.w itu (secara umumnya memang dianjurkan). Namun haruslah dijelaskan darjat hadis tersebut sewaktu
menyampaikannya agar mereka yang menerima hadis tersebut tidak menganggap hadis itu
sahih. (lihat huraian syarat ke-3)
3. Diamalkan tanpa diyakini ianya thabit (daripada Nabi), agar tidak disandarkan kepada Nabi s.a.w apa yang tidak diucapkan oleh baginda.
Setelah mematuhi dua syarat sebelumnya, maka tidak boleh berkeyakinan hadis dhaif tersebut adalah
thabit daripada Rasulullah s.a.w. Oleh sebab itulah para ahli hadis telah menetapkan bahawa hadis dhaif tidak boleh disandarkan sebutannya kepada diri Rasulullah secara jelas tetapi perlu diisyaratkan kelemahannya. Imam al-Nawawi berkata:
Berkata para ilmuan peneliti daripada kalangan ahli hadis dan selain mereka, apabila sebuah hadis adalah dhaif tidak boleh dikatakan terhadapnya “Telah bersabda Rasulullah s.a.w …” atau
“Rasulullah telah berbuat…” atau “Rasulullah telah memerintahkan…” atau “Rasulullah telah melarang…” atau “Rasulullah telah menghukum…” dan apa-apa lain yang menyerupainya daripada bentuk kalimah yang menunjukkan kepastian.
Demikian juga, tidak boleh dikatakan terhadap (hadis dha‘if tersebut) “Diriwayatkan oleh Abu
Hurairah…” atau “Berkata Abu Hurairah…” atau “Disebut oleh Abu Hurairah…” atau
“Dikhabarkan oleh Abu Hurairah…” atau “Dihadiskan oleh Abu Hurairah…” atau “Dinukil oleh Abu Hurairah…” dan apa-apa lain yang menyerupainya. Demikian juga, tidak boleh dikatakan yang seumpama terhadap para tabi’in dan orang-orang sesudah mereka terhadap apa yang dhaif. Tidak boleh berkata terhadap apa jua riwayat yang dhaif dengan kalimah yang menunjukkan kepastian.[al- Majmu’ Syarh al-Muhazdzab, jld. 1 ms. 134]
Itulah huraian serba ringkas tiga syarat yang ditetapkan. Sekiranya mampu melaksanakannya dan memahami syarat2 tersebut silakan berinteraksi dengan hadis dhaif. Sekiranya tidak, saya percaya kita masih belum kehabisan hadis sahih
Hadits Anas bin Malik Radiyallahu ‘anhu:
“Barang siapa bershalawat kepadaku pada malam Jum’at 80 kali, niscaya Allah akan mengampuni segala dosanya selama 80 tahun.”
Keterangan:
Hadits ini palsu, karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Wahb bin Dawud bin Sulaiman Adh Dharir. Al Khathib Al Baghdadi berkata: “Dia seorang yang tidak bisa dipercaya.” Asy Syaikh Al Albani berkata: “Sesungguhnya ciri-ciri kepalsuan hadits ini sangatlah jelas.” (Lihat Silsilah Adh Dha’ifah no. 215